Rosario de Marshall,[1] lebih dikenal sebagai Hercules, adalah seorang gangster dan broker politik Indonesia yang berasal dari Timor Timur (sekarang Timor Leste). Hercules adalah kuli angkut TNI-AD selama pendudukan Indonesia di Timor Timur. Setelah pindah ke Jakarta, ia membentuk geng preman miliknya sendiri di kecamatan Tanah Abang, yang menguasai dunia kriminal Jakarta pada tahun 1990-an. Saat ini, Hercules mempertahankan status selebriti sebagai gangster yang menakutkan, kadang-kadang muncul di program TV serta majalah tabloid. Ia juga terkenal karena ikatan politiknya dengan kandidat capres 2014 dan 2019, Prabowo Subianto.
Rosario lahir pada tahun 1960an di Timor Portugis, tumbuh di era kekacauan yang dilatarbelakangi invasi Indonesia ke Timor Timur (1975–1976) dan pendudukan selanjutnya oleh tentara nasional Indonesia.[1] Ia pertama kali melakukan kontak dengan tentara Indonesia melalui Kolonel Gatot Purwanto sekitar tahun 1975.[2] Dia kemudian menjadi yatim piatu pada tahun 1978 setelah orang tuanya tewas dalam pemboman yang melanda kota Ainaro. Sejak itu, ia tergabung sebagai kurir yang memberikan bantuan logistik kepada pasukan khusus, Kopassus Indonesia di bawah program Tenaga Bantuan Operasi (TBO).[1][3] "Hercules" adalah nama kode yang diberikan kepada Rosario oleh tim komunikasi radio Kopassus.[2]
Selama menjadi anggota TBO, Hercules terlibat dalam pertempuran kecil dengan perlawanan pro-kemerdekaan Falintil. Helikopternya jatuh saat pertempuran, menyebabkan dia kehilangan mata kanan dan tangan kanannya. Hercules kemudian dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto di Jakarta untuk dioperasi.[2] Hercules mengucapkan terima kasih kepada Prabowo Subianto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Satuan Komando Nanggala atas dukungan yang diterimanya selama ini. Hercules dikenal memiliki kesetiaan yang 'tak tergoyahkan' terhadap Prabowo sejak saat itu.[3]
Sejak akhir tahun 1980-an, Hercules menetap di Jakarta bersama beberapa pemuda Timor Timur, diberi pekerjaan sebagai insinyur komponen kelistrikan. Dia segera meninggalkan pekerjaannya, pindah ke kawasan komersial Tanah Abang setelah berganti pekerjaan. Setelah menetap di Tanah Abang, ia membentuk geng preman bersama sesama migran Timor, termasuk Logo Vallenberg dan Alfredo Monteiro Pires.[2] Ia kemudian segera berhasil membangun usahanya melalui bisnis pemerasan dan mucikari. Ia juga melakukan pemerasan politik atas nama tentara Indonesia, untuk menyingkirkan dan mengintimidasi gerakan pro-kemerdekaan Timor di Jakarta.[3]
Kerajaan premannya runtuh pada akhir tahun 1990-an setelah beberapa anggota geng Hercules menolak berpartisipasi dalam demonstrasi pro-integrasi. Sejak itu, gengnya kehilangan perlindungan militer, dan Prabowo membiarkan geng preman lainnya mengambil alih gerakan bawah tanah Tanah Abang. Ia dicopot dari jabatannya setelah terjadi pertarungan brutal melawan geng Betawi dan Madura yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Bang Ucu dan Abraham Lunggana.[1][3]
Setelah digulingkan dari dunia bawah Tanah Abang, ia membangun kembali reputasinya melalui bisnis penagihan utang dan jaminan. Ia memiliki banyak lahan serta usaha pertanian dan perikanan, membuatnya menjadi sosok yang dermawan. Ia adalah sosok yang disegani di kalangan migran dari Indonesia Timur, yang menyediakan pekerjaan, jaringan, dan perlindungan bagi pendatang baru. Dia tetap bersaing dengan tokoh kejahatan terorganisir lainnya, termasuk John Kei dan Basri Sangaji. Sejak tahun 2008, Prabowo mendekati kembali Hercules setelah mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sebuah organisasi sosial bernama Gerakan Rakyat untuk Indonesia Baru (GRIB) didirikan pada tahun 2011 oleh Hercules untuk memobilisasi jaringan preman gangsternya, tokoh-tokoh kuat lokal, kelompok main hakim sendiri, dan mantan milisi untuk mendapatkan dukungan politik di tingkat akar rumput terhadap Prabowo.[3]
Rosario de Marshall,[1] commonly known as Hercules, is an Indonesian gangster and political broker hailed from the current Timor-Leste. Hercules was a porter for the Indonesian army during the Indonesian occupation of East Timor. Once moved to Jakarta, he formed his own preman gang in the Tanah Abang district, ruling the Jakartan criminal underworld during the 1990s. Today, Hercules retains a celebrity status as a fearsome gangster, occasionally appearing on TV programs as well as tabloid magazines. He is also notable for his political ties with the 2014 and 2019 Indonesian presidential election candidate Prabowo Subianto.
Rosario was born in the 1960s in the Portuguese Timor, growing up during the chaotic era in the backdrop of the Indonesian invasion of East Timor (1975—1976) and the subsequent occupation by the Indonesian national army.[1] He first made contact with the Indonesian army through colonel Gatot Purwanto around 1975.[2] He was then orphaned in 1978 after his parents were killed in a bombing hitting the town of Ainaro. Since then, he was incorporated as a courier who provided logistical assistance to the Indonesian special forces, Kopassus under the Tenaga Bantuan Operasi (TBO) program.[1][3] "Hercules" was a code name given to Rosario by the Kopassus' radio communication team.[2]
During his year as a TBO personnel, Hercules was involved in a skirmish with the Falintil pro-independence resistance. His helicopter crashed during the fighting, leading to him losing his right eye and right hand. Hercules was then taken to Gatot Soebroto Army Hospital in Jakarta for operation.[2] Hercules thanked Prabowo Subianto, who was serving a commander of Nanggala commando units, for the support he received during this time. Hercules is known for having "unwavering" loyalty toward Prabowo since then.[3]
Since the late 1980s, Hercules settled in Jakarta along with several East Timorese youths, given a job of electrical parts engineer. He soon abandoned the job, moving to the commercial district of Tanah Abang after switching jobs. After settling in Tanah Abang, he formed a preman gang along with the fellow Timorese migrants, including Logo Vallenberg and Alfredo Monteiro Pires.[2] He then immediately succeed to build his enterprise through racketeering and pimping businesses. He also carried out political extortion on behalf of the Indonesian army, to weed out and intimidate pro-independence Timorese movements in Jakarta.[3]
His preman empire collapsed in the late 1990s after some of the members of the Hercules gang refused to participate in the pro-integration rally. Since then, his gang lost military protection, and Prabowo allowed other preman gangs to take over Tanah Abang underground. He was dethroned after brutal fighting against Betawi and Madurese gangs, led by figures such as Bang Ucu and Abraham Lunggana.[1][3]
After being overthrown from the Tanah Abang underworld, he rebuilt his reputation through debt collecting and security businesses. He owned multiple lands as well as agricultural and fishery businesses, turning him into akin to philanthropist figure. He was a respected figure among the migrants from East Indonesia, providing newcomers jobs, networks as well and protections. He remained in rivalry against other organized crime figures as well, including John Kei and Basri Sangaji. Since 2008, Prabowo reapproached Hercules after founding the Great Indonesia Movement (Gerindra) Party. A social organization called the Peoples Movement for a New Indonesia (GRIB) was established in 2011 by Hercules to mobilize his network of preman gangsters, local strongmen, religious vigilante groups, and ex-militia for the grassroots level political support toward Prabowo.[3]
POLISI membongkar kasus pembiayaan gangster di Kota Semarang, Jawa Tengah oleh perjudian daring (online). Tiga administrator media sosial gangster telah ditangkap karena memposting iklan judi online (judol) dan menerima aliran dana hingga puluhan juta rupiah.
Tiga administrator medsos gangster yakni Mohammad Iqbal Samudra (22), warga Bandarharjo; Muhammad Alfin Haris Mahfud (19), warga Bangetayu Wetan; dan Sandy Wisnu Agusta (23) warga Bangetayu Wetan. Mereka mengenakan seragam tahanan warna dan digiring petugas dari ruang pemeriksaan menuju ke Aula Polrestabes Semarang, untuk dihadirkan ke hadapan awak media, Rabu (23/10)
Baca juga : Tersangka Pembunuh Karyawan Bank di Semarang Merupakan Pacar Korban
Mohammad Iqbal Samudra menjadi admin kelompok gangster All star dan Young street 04. Muhammad Alfin Haris Mahfud merupakan admin gangster Team Masok, sementara Sandy Wisnu Agusta menjadi admin Team Dadakan.
Baca juga : Jadi Penyelenggara Judi Sabung Ayam, Anggota Polisi Kota Semarang Ditetapkan sebagai Tersangka
"Bandar judi online melalui situs Ganas 69, Jeju.LOL dan Zigzag menggelontorkan dana kepada media sosial gangster tersebut, karena memiliki pengikut cukup besar seperti gengster Team Dadakan 33 ribu pengikut dan Team Masok 28 ribu pengikut," kata Kepala Polrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar Rabu (23/10).
Uang jutaan rupiah dari bandar judol itu selanjutnya digunakan para admin untuk memenuhi kebutuhan gangster. Mulai dari mengobati anggota gangster yang terluka akibat tawuran, membeli atribut, minuman keras hingga menyewa villa untuk melakukan rapat-rapat anggota.
Baca juga : Tak Ikut Mogok, Hakim PN Kota Semarang Tetap Layani Pencari Keadilan
Berdasarkan pengakuan para tersangka, ungkap Irwan Anwar, jumlah aliran dana yang masuk dari para bandar judol atas tayangan ikan di medsos itu berkisar Rp5 juta hingga Rp8 juta per bulan. Pola aliran dana dilakukan dengan diterima oleh tersangka Iqbal kemudian diteruskan ke Alfin dan Sandi. "Di rekening Iqbal, kami menemukan saldo Rp48 juta hasil dari judi online," tambahnya.
Aliran dana judiol kepada gangster tersebut, menurut Irwan Anwar, sudah berlangsung selama satu. "Kami berusaha memutus mata rantai dan mengejar layer jaringan di atasnya," imbuhnya. (M-1)
Film tentang gangster memang dikenal penuh intrik. Biasanya ada banyak pengkhianatan yang terjadi dalam film gangster, sehingga kita tidak bisa memprediksi siapa saja mereka yang loyal, dan siapa saja yang akan berkhianat. Selain itu, mayoritas film gangster juga menampilkan berbagai sekuens aksi yang mendebarkan. Nah dalam artikel kali ini, kita akan membahas tentang beberapa film yang menawarkan perang antar gangster yang menarik untuk kita simak. Apa saja film perang gangster yang wajib kalian tonton? Simak berikut ini Geeks!
Crows Zero pertama kali dirilis pada tahun 2007, disutradarai oleh Takashi Miike. Film gangster ini merupakan adaptasi dari manga berjudul Crows karya Hiroshi Takahashi. Di sini, Shun Oguri memainkan peran utama sebagai Genji Takaya, seorang siswa yang ingin menguasai sekolah Suzuran. Di sampingnya, ada pula Kyosuke Yabe (Tamao Serizawa) dan Takayuki Yamada (Ryohei Mikami).
Crows Zero mengisahkan tentang Genji Takaya, seorang siswa pindahan yang ambisius, yang tiba di sekolah menengah Suzuran. Suzuran dikenal sebagai sekolah yang keras dan dipenuhi dengan geng-geng yang kuat. Genji memiliki niat untuk menguasai sekolah ini dan memulai perjalanan berbahayanya dengan menantang para pemimpin geng. Di tengah pertarungan dan konflik antar geng, Genji bertemu dengan Tamao Serizawa, pemimpin salah satu geng terkuat di Suzuran.
Awalnya, Genji dan Tamao memiliki pertikaian, tetapi mereka kemudian menyadari bahwa ada ancaman yang lebih besar di luar sekolah mereka. Bersama-sama, mereka bersatu melawan musuh bersama yang ingin mengambil alih Suzuran. Film ini sukses besar dan mendapatkan sekuel, Crows Zero II, yang melanjutkan kisah Genji dan pertarungan sengit di sekolah Suzuran.
POLRESTABES Semarang, Jawa Tengah, menggelar konferensi pers hari ini yang mengungkap hubungan mengejutkan antara perjudian online dan kelompok gangster di Kota Semarang. Investigasi menemukan jaringan pendanaan dari situs perjudian online yang mendanai aktivitas berbagai klompok gangster.
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar memaparkan kasus tersebut dengan menyoroti peran kunci tiga tersangka: M Iqbal Samudra (22), M Alfin Harir (19), dan Sandy Wisnu Agusta (23). Orang-orang ini bertindak sebagai admin media sosial untuk kelompok gangster termasuk Alstar, Young_street_404, Teamdadakan, dan Teammasok.
Dari pemeriksaan diketahui tersangka Iqbal Samudra menjalin kerja sama dengan situs judi online khususnya ganas69, Jejulol, dan Zig-zag. Situs-situs ini memberikan dukungan finansial kepada Iqbal, yang kemudian membagikan dana tersebut kepada admin gangster lainnya. Polisi menyita barang bukti antara lain ponsel dan uang dugaan endorsement senilai Rp48 juta.
Baca juga : Waduh, Gangster Kota Semarang Dibiayai Bandar Judi Online
Menurut Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar, para tersangka mendapat keuntungan bulanan berkisar Rp5 juta hingga Rp8 juta dari operasi perjudian online tersebut. Uang tersebut digunakan untuk mendanai berbagai kegiatan gangster.
Pendanaan tersebut di antaranya untuk tawuran baru-baru ini di Jl. Dokter Cipto, pertemuan dan rekreasi, serta pembelian atribut dan alkohol.
Lebih lanjut Irwan mengatakan, penyelidikan menunjukkan adanya potensi keterkaitan kelompok berkepentingan dengan terganggunya keamanan jelang pilkada mendatang. Ada dugaan dengan mobilisasi siswa sekolah yang terlibat dalam demonstrasi mahasiswa di pekan lalu.
Polrestabes Semarang telah mengambil langkah dengan memblokir situs perjudian online yang terlibat dan saat ini berupaya mengidentifikasi pelaku di level atas di balik operasi ilegal ini.
Ketiga tersangka dijerat Pasal 27 ayat (2) juncto Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2024 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara dan/atau denda Rp10 miliar. (N-2)